Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Teka-teki Bernama Diego Costa, Antara Agresi dan Kegagalan Konsistensi

By Firzie A. Idris - Senin, 4 Januari 2016 | 14:49 WIB
Striker Chelsea, Diego Costa, merayakan gol ketiga Chelsea kontra Crystal Palace di Selhurst Park pada 3 Januari 2016 (IAN WALTON/GETTY IMAGES)

Ia bahkan tertangkap kamera melempar rompi ke arah Mourinho pada menit kedua injury time lawan Tottenham di White Hart Lane pada akhir November karena tak diturunkan walau Chelsea tak punya striker fit.

Juan Valera, eks gelandang Atletico, pernah mengatakan ini tentang sang pemain, "otak Costa sering berceceran kemana-mana, tapi memang begitulah caranya. Pikirannya memang gampang teralih ," ujar Valera kepada SPORT.

Perilaku Costa memang terhitung sedikit tak tertebak. Ingat, ini pemain yang besar di jalanan dengan filosofi "Anda gigit, saya gigit balik."

Hal tersebut diungkapkan sendiri oleh Costa, di biografinya, The Art of War. 

"Saya besar dengan pengetahuan bahwa tidak apa-apa sedikit mengasari pemain. Kemudian, saya menyadari bahwa Anda akan terlibat masalah jika menendang pemain lain. Tak ada yang pernah mengingatkan saya tentang ini sebelumnya," tuturnya di buku itu


Penyerang Atletico Madrid, Diego Costa, bereaksi pada sebuah sesi latihan Atletico Madrid jelang final Liga Champions 2014.(FRANCK FIFE/AFP)

Sebelum datang ke Chelsea, karier Costa di Atletico naik-turun.

Rojiblancos berulang kali mengirimnya ke klub lain untuk dipinjamkan, baik itu karena keterbatasan slot pemain Non-EU setelah ada Diego Forlan dan Sergio Aguero atau alasan lain.

Ia dilepas sementara selama tiga musim beruntun sejak datang dari Sporting Braga pada 2007. Costa bahkan sempat dijual ke Real Valladorlid pada 2009-2010 sebelum klub membelinya lagi.

Hanya, ia tak memanfaatkan kesempatan kedua itu dengan datang ke pramusim telat dan kelebihan berat badan.