7. Suksesor Evra dan Scholes
Sektor full-back kiri dan gelandang tengah Manchester United butuh penyegaran. Paul Scholes sudah terlalu uzur untuk bermain reguler, sedangkan Patrice Evra sudah menginjak usia kepala tiga.
Red Devils pun kerap dikaitkan dengan dua penggawa Everton, Leighton Baines dan Marouane Fellaini sebagai suksesor Evra dan Scholes. Untuk merealisasikan skenario ini, Moyes punya pengalaman manis.
Pada musim panas 2008 silam, Fellaini lebih memilih rayuan moyes dan menampik pinangan Man. United, Real Madrid, Tottenham Hotspur, dan Bayern Munchen. Setahun sebelumnya, Baines justru bergabung dengan Everton meski Wigan Athletic dan Sunderland telah sepakat dengan harga enam juta pounds. Menariknya, Everton berhasil memboyongnya hanya dengan lima juta pounds.
8. Ambisius
Chairman Everton, Bill Kenwright sempat mengakui bahwa ambisi Moyes hampir selalu tak terakomodasi. Pasalnya, ketidakmampuan The Toffess mendongkrak prestasi turut dilatari oleh kondisi keuangan yang kurang mumpuni.
Dengan gelontoran dana di Man. United, Moyes setidaknya bisa memenuhi keinginannya guna menggondol trofi. Namun, dia belum terbiasa beroperasi dengan bujet melimpah.
9. Relasi dengan Ferguson
Seiring peralihan jabatan Ferguson menjadi direktur, Moyes diprediksi bakal jadi "boneka". Alhasil, hubungan keduanya harus selalu berjalan baik.
Ferguson pun sering melontarkan kekaguman dan dukungan terhadap Moyes untuk menjadi suksesornya. Inilah jaminan agar keduanya tidak dilanda konflik.
10. Tradisi Britania Raya dan Sukses Skotlandia
Sepanjang sejarah Man. United, hanya ada satu manajer non Britania Raya. Dia adalah Frank O'Farrell yang berkebangsaan Irlandia Utara.
Tradisi sukses juga kerap mewarnai manajer berkebangsaan Skotlandia. Total 18 trofi divisi utama/Premier League digondol saat Man. United diasuh duo Skotlandia, Sir Matt Busby dan Ferguson.
Laporan Duniasoccer.com
Editor | : | Wisnu Nova Wistowo |
Komentar