Seluruh anggota Mahitala Unpar juga ikut andil mendukung suksesnya ekspedisi ditengah berbagai keterbatasan.
Puncak Everest tidak dicapai Hilda dan Deedee, sapaan kedua pendaki dengan mudah.
Dari Camp 3 (8.225 meter) mereka mendaki lereng terjal dengan tebing batu dan es yang harus dipanjat atau dilalui dengan cara melipir.
(Baca Juga: Final Liga Champions - Sentuh Rp 28 Juta, Harga Tiket Fan Liverpool Lampaui Madrid!)
Sekurangnya ada tiga bagian rintangan alam yang harus dilalui (step 1-3) pada ketinggian 8.500-8.800m.
Dari situ baru mereka mencapai punggungan langsung menuju piramid puncak Everest yang juga disebut Chomolungma atau Dewi Langit.
Dengan tekanan udara berkadar oksigen rendah (30%), memanjat tebing batu dan es menjadi kesulitan tersendiri bagi pendaki.
Pada Step 2, pijakan sepatu salju ber-crampon (cakar es) lebih sering terlepas di daerah berbatu dan sering membuat pendaki tergelincir di titik ini.
Memanjat tebing di Step 3 pada ketinggian 8.800 meter tak hanya menuntut kekuatan dan keseimbangan fisik, namun juga determinasi personal pendaki.
Hilda dan Deedee berusaha tetap fokus pada pijakan demi pijakan kaki mereka menuju puncak dengan didampingi dua sherpa.
Editor | : | Imadudin Adam |
Sumber | : | Tribunnews.com |
Komentar