Dalam T.C. Ratmi dilatih untuk lari-lari sprint, tapi dalam duel meet itu ia turut berlomba juga dalam 800 m bersama pelari spesialis kita, Soeatini, melawan Dixie Willis, pelari internasional.
Di luar dugaan Ratmi mengalahkan Soeatini, waktunya merupakan rekor Indonesia baru 2:23,3 (1961 di Malaka).
Dalam pertandingan itu, dua pekan sebelum Asian Games, regu estafet Indonesia pun menciptakan rekor nasional baru: 50,7.
Dalam Asian Games 4 Soeratmi berlomba dalam tidak kurang dari empat nomor: 100 m, 200 m, 800 m, dan 4 x 100 m. Dalam 100 m ia tersisihkan di babak semi final (12,9), dalam 200 m ia masuk final (26,7).
Soeratmi dan Soeatini tidak pegang peranan dalam 800 A.G. itu, tapi mereka berdua berduel sendiri dan hasilnya rekor nasional yang baik. Soeatini mengalahkan Soeratmi dengan waktu 2:20,8. Waktu Ratmi ialah 2:21,4.
Regu estafet Indonesia merebut medali perunggu, di belakang Filipina dan Jepang, tapi waktunya merupakan rekor nasional baru: 50,5.
Sebetulnya Ratmi dijadikan pelari jarak menengah secara kebetulan. Ketika dalam T.C. kakinya agak sakit dan ia tidak dapat mengikuti latihan khusus untuk sprint, ia turut latihan 400 m dan 800 m.
Dan hasilnya a.l. rekor nasional untuk 400 m dalam dress rehearsal untuk Ganefo pada tanggal 16 Oktober 1963. Ia menumbangkan rekornya Soeatini dari 61,2 ke 59,9. Dalam Ganefo Ratmi memperbaiki lagi rekor nasionalnya, ia menangkan medali perak dalam waktu 58,8 sampai kini belum tersentuh.
Dalam tahun 1964 Ratmi turut regu P.A.S.I, yang bertanding di luar negeri. Dalam kesempatan itu ia mencatatkan waktu 26,2 untuk 200 m, seharusnya rekor nasional.
Di Bangkok, dalam Asian Games 5, Ratmi pun hadir. Prestasi rata-rata di Indonesia dalam atletik mulai merosot, dan prestasi Ratmi pun turut terpengaruh.
Editor | : | |
Sumber | : | - |
Komentar