Di Bangkok ia mencapai babak semi final dalam 200 m, waktunya haya 27,7. Tapi regu estafet Indonesia menciptakan rekor nasional baru, dalam serinya mereka (Kartini Isworo, Tjong Oy Lien, Soeratni, Carolina Riupassa) mencatatkan 48,8.
Di babak final prestasinya menurun, karena Kartini mengalami luka-luka pada lutut kanannya (49,9).
Soeratmi tidak berlatih secara berlebih-lebihan, dalam satu kali latihan ia hanya beberapa kali lari 100 m. Tapi, kenapakah ia selalu dapat berprestasi baik dalam perlombaan?
Ia lalu rapih dalam mempersiapkan diri untuk suatu perlombaan, yang terkecil pun. Kesalahan-kesalahan, kelalaian, soal-soal yang kecil-kecil pun ia perhatikan betul-betul, soal sepatu lari, soal nomor perlombaan, dsb.
Maka tidak mengherankan, kalau setelah lama juga beristirahat, yang berarti tanpa latihan-latihan atletik yang serius, ia masih mampu menciptakan rekor Indonesia, kali ini dalam lompat jauh.
Dalam P.O.N. 7 di Jakarta tahun 1965 ia menjadi juara dengan lompatan 5,51 m. Sebelum P.O.N ini ia berlari gawang 80 m 14,5 detik.
Untuk P.O.N. 8 di Makassar, Ratmi berlatih hanya sekali sepekan, di samping itu sekali-sekali juga berbola basket dan lain-lain macam olahraga, sebab ia masih kuliah di S.T.O. Semarang.
Di Makassar Ratmi menangkan satu medali emas dan satu perunggu, emas ia peroleh dalam lompat jauh (4,60 m) dan perunggu dalam lari gawang (15,6).
Perlombaannya terakhir yang terbesar ialah P.O.N. 7 di Surabaya. Kondisinya tidak seperti sediakala tapi Ratmi mampu merebut dua medali emas, untuk lompat jauh (5,09) dan untuk 400 m (61,3)
Soeratmi mengajar pendidikan jasmani di S.M.O.A., tapi juga di sebuah S.D. Ini adalah keinginannya sendiri. Jarang seorang guru olahraga mau mengajar di S.D., tapi Ratmi yakin akan pentingnya olahraga di S.D. dan pentingnya mencari bibit di antara anak-anak muda untuk atletik Indonesia.
Bakat harus dicari di antara anak-anak, dan kegemaran harus dipupuk kepada anak-anak.
Bulan Februari tahun ini Soeratmi akan melangsungkan pernikahan dengan seorang guru olahraga juga. Soal rumah tangga baginya bukan soal, sebab ia pun gemar masak.
Tapi ia ingin tetap mengajar, kendati pun suaminya kelak bercita-cita masuk kepolisian, Ratmi ingin tetap mengejar cita-citanya dalam olahraga dan atletik.
Daftar Rekor Nasional yang masih dipegang oleh Soeratmi:
- 200 m : 26,2 d (1964)
- 400 m : 58,8 d (1965)
- Lompat jauh : 5,51 m (1965)
- 4 x 100 m : 48,8 d (1966)
(Ditulis oleh Tan Liang Tie. Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Maret 1970)
Editor | : | |
Sumber | : | - |
Komentar