Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Menanti Solusi Bak Pasir Stadion Utama GBK

By Selasa, 13 Februari 2018 | 15:20 WIB
Suasana Stadion Utama Gelora Bung Karno saat digelar test event atletik pada Minggu (11/2/2018).
FERNANDO RANDY/BOLASPORT.COM
Suasana Stadion Utama Gelora Bung Karno saat digelar test event atletik pada Minggu (11/2/2018).

Selanjutnya Muhammad Zohri, Yaspi Boby, dan I Dewa Made Mudiyasa adalah tiga sprinter yang tampil di final. Lalu meraih perak dengan catatan waktu 10,32 detik.

Baca Juga:

Emas diraih sprinter Sri Lanka, Vinoj Suranjaya de Silva Muthumuni, dengan waktu 10,30 detik dan perunggu diraih pelari India, Elakkiya Dasan Vadivelu Kannadasan (10,38 detik). Yaspi finis di peringkat empat dengan 10,48 detik dan Dewa di posisi lima (10,53 detik).

Bagi Yaspi, test event ini adalah turnamen internasional pertamanya di 2018. Terakhir kali dia mengikuti turnamen adalah di Kejuaraan Nasional Atletik 2017 pada Desember dengan membukukan waktu 10,56 detik.

Sprinter yang memiliki catatan terbaik di 2017 dengan 10,39 detik yang sekaligus season best Indonesia musim lalu itu memang sudah tampil baik dengan finis di peringkat empat dan menyentuh catatan waktu 10,48 detik.

"Dia (Yaspi) bisa kembali berlari di bawah 10,50 detik setelah cedera itu adalah hal yang baik. Sekarang masih di persiapan umum, jadi saya memang tak memberikan target apa pun," ucap pelatih sprinter pelatnas, Eni Nuraini.

Ya, sprinter berusia 30 tahun itu sempat mengalami cedera berupa otot sobek di betis kanannya pada 2017.

"Saya merasa lebih baik dan memang sempat merasa trauma sekitar 1-2 bulan setelah sembuh. Tapi, sekarang saya sudah lari lagi dan bersiap untuk AG," ucap Yaspi.


Yaspi Boby(138) dan I Dewa Made Mudiyasa(128) sedang berlaga pada lomba lari 100m pada Test Event Asian Games 2018 di SUGBK, Jakarta Pusat, Minggu (11/01/2018).(FERNANDO RANDY/BOLASPORT.COM)

Bakal tampil di AG memang memotivasi Yaspi. Apalagi, Asia memang memiliki sprinter elite yang tampil di kejuaraan dunia atletik dan Olimpiade. Sebut saja Su Bingtian.

Sprinter asal China ini merupakan peraih perak Kejuaraan Dunia Beijing 2015, semifinalis Olimpiade London 2012, peraih dua emas AG, dan tiga emas Kejuaraan Atletik Asia.

"Saya selalu melihat video gerakan lomba dan latihan para sprinter Asia. Bisa dibilang saya melakukan itu hampir setiap jam. Mereka memiliki gerakan kaki yang cepat dan kaki langsung ditarik. Dari sisi postur, saya dan Su mirip. Jadi, itu yang saya pelajari, cara dia menjadi cepat," tutur Yaspi.

Yaspi memiliki tinggi 170 cm, sedangkan Su 172 cm. Dari sisi postur, memang mirip. Yang menjadi pembeda adalah teknik.

Menurut Eni, teknik yang baik akan membuat pelari semakin cepat.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P

Editor : Delia Mustikasari
Sumber : Tabloid BOLA No. 2.844


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X