Indonesian Way ditujukan kepada pesepak bola usia muda agar mereka memiliki dasar yang kuat. PSSI sudah membuat pembagian kelompok umur Indonesian Way. Usia 6-9 tahun disebut pengenalan alias fun phase di mana anak bermain bola untuk bergembira.
Kemudian umur 10-13 disebut skill development. Usia ini cocok untuk pengembangan skill karena merupakan usia emas belajar. Lalu, usia 14-17 merupakan game phase atau aplikasi skill ke Indonesian Way dalam menyerang, bertahan, dan transisi.
Jadi, Indonesian Way ini bisa disebut kurikulum sepak bola nasional?
Betul. Indonesian Way ini adalah cara bermain yang hendak kita adopsi. Kita punya keinginan cara bermain dalam Indonesian Way, tapi baru bisa tercipta bila ada yang mendukung.
Kurikulum inilah yang mendukung. Dalam kurikulum ini ada cara menyerang, bertahan, dan transisi. Selain itu, juga ada formasi 4-3-3.
Kenapa 4-3-3? Karena inilah yang kita anggap paling tepat untuk menerapkan menyerang dan bertahan. Tapi, 4-3-3 ini untuk pemain senior. Bagaimana untuk bisa sampai ke sana? Di umur 11-12, kita menyederhanakan bagan formasi 4-3-3 menjadi permainan empat lawan empat dan tujuh lawan tujuh.
Di kelompok umur 6-9, anak-anak tetap bermain untuk bergembira, tapi diberi pemahaman struktur empat lawan empat dalam bentuk diamond. Saat tujuh lawan tujuh, berubah menjadi dua diamond.
Nanti di usia 14-17 baru masuk ke 4-3-3. Rangkaian ini sudah harus berkesinambungan.
Bagaimana cara bermain yang disebut Indonesian Way?
Menyerang dengan berbasis pada penguasaan bola. Tapi, kita ingin menguasai bola dengan proaktif. Prioritas penguasaan bola harus lebih banyak ke depan. Tim harus bisa membangun serangan dari bawah.
Editor | : | Jalu Wisnu Wirajati |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar