Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Wawancara Danurwindo: Menuju Pemain Indonesia yang Cerdas

By Kamis, 6 Juli 2017 | 06:08 WIB
Pelatih Danurwindo saat hadir sebagai pembicara di Forum Diskusi BOLA dengan tema
ANDIKA AMALUDDIN/KOMPAS.com
Pelatih Danurwindo saat hadir sebagai pembicara di Forum Diskusi BOLA dengan tema

Soal bertahan, kita ingin menerapkan zonal marking. Pemain juga harus diajarkan kapan menekan di depan dan kapan mengorganisasi pertahanan di tengah.

Begitu kehilangan bola, prioritas pertama adalah merebut bola secepat mungkin. Tapi, kalau tidak bisa, tim mesti mereorganisasi pertahanan. Hal ini yang dinamakan transisi negatif. Transisi positif adalah ketika berhasil merebut bola saat lawan menyerang.

Hal pertama yang mesti dilakukan dalam situasi ini adalah counter attack. Tapi, kalau tidak bisa karena lawan sudah bagus dalam bertahan, kita mesti membangun ulang serangan.

Pemain Indonesia biasanya bermain dengan insting, bukan sistem permainan tim. Apakah ini bisa menjadi kendala?

Sepak bola modern saat ini disebut sebagai soccer intelligence atau sepak bola yang cerdas. Pada zaman saya, sepuluh tahun kemudian, dan sampai sekarang, sepak bola Indonesia lebih mendahulukan kaki daripada kepala. Padahal, sekarang mestinya kepala lebih dulu dibanding kaki.

Banyak pemain Indonesia punya teknik yang bagus, tapi tidak tahu kapan mempergunakannya dalam keadaan under pressure di lapangan. Itu sebabnya pemain kita kurang jeli membaca permainan dan cepat kehilangan bola. Kurikulum ini merupakan cara memperbaiki kekurangan tersebut.

Di usia 6-9 dan 10-13, pemain banyak latihan 4 lawan 4 serta 7 lawan 7. Lapangan dibuat terbatas dengan jumlah pemain terbatas dalam latihan. Latihan juga sudah menyeluruh meliputi teknik, taktik, dan conditioning.

Sudah tidak terpisah-pisah lagi. Dalam lapangan yang terbatas dan ada teman serta lawan, pemain selalu dihadapkan pada situasi harus mengambil keputusan.

Kita ingin membuat pemain yang cerdas. Di dalam latihan dengan situasi terbatas, pemain dipaksa mengikuti situasi yang berubah-ubah.

Dalam rencana Anda, butuh berapa lama hingga bisa mengatakan Indonesian Way sudah benar-benar diterapkan?

Menurut penelitian, untuk bisa menjadi seperti Lionel Messi membutuhkan waktu belajar 10 tahun. Mengenai pertanyaan tadi, saat ini kita sudah memulai dari fase 9-17 tahun.

Artinya, paling tidak pemain sudah harus belajar selama 7 tahun. Itu pun mesti belajar dalam proses yang benar, baik metode latihan maupun cara bermain.

Yang tak kalah penting adalah kompetisi reguler. Anak usia 15-17 tahun butuh bermain sebanyak 25 kali dalam setahun. Ini juga harus memenuhi syarat untuk bisa menciptakan pemain yang baik.

Pemain yang baik didapat dari latihan yang baik dan kompetisi yang baik dan berkualitas dan juga pelatih yang berkualitas.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P

Editor : Jalu Wisnu Wirajati
Sumber : Tabloid BOLA


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X