Saat Milan sudah menggeliat dengan pembelian sejumlah pemain yang diperkirakan sekitar 100 juta euro, gerak revolusi Internazionale cenderung lambat. Padahal, Suning Holdings Group, pemilik saham mayoritas di Inter, disebut lebih tajir daripada pemilik Rossoneri.
Penulis: Christian Gunawan
Inter bahkan masih jauh dari kata menggeliat. Sampai menjelang akhir pekan, I Nerazzurri belum membuat penguatan untuk tim utama mereka.
Namun, kelesuan di bursa transfer pemain cukup tertutup perekrutan satu sosok yang mungkin lebih penting: pelatih. Tak lama setelah 2016-2017 berakhir, Inter memastikan kedatangan Luciano Spalletti ke Giuseppe Meazza.
Spalletti membawa Roma meraih tiket ke Liga Champions dalam satu setengah tahun keberadaannya di klub ibu kota itu.
Layaknya klub mapan yang selalu ingin tampil di Liga Champions, Inter menggamit pelatih yang mampu mengirim mereka ke kompetisi antarklub Eropa terbesar itu.
Keseriusan Nerazzurri membenahi manajemen tim sudah terbaca ketika mencoba membuat langkah besar setelah akhirnya memecat Stefano Pioli.
Sebelum Spalletti, Inter telah mendekati Antonio Conte, manajer yang membawa kesuksesan untuk Juventus dan kemudian memberikan gelar buat Chelsea di tahun pertamanya melatih di Premier League.
Inter bersedia memberikan gaji besar, lebih besar daripada yang diberikan Chelsea agar bisa menempatkan Conte di kursi pelatih mereka.
Namun, Conte tak bisa pindah. Perburuan beralih ke Spalletti. Sosok berkepala botak ini kebetulan tak berniat mengikat diri lebih lama di Roma.
Eks pelatih Udinese itu berikrar takkan memperpanjang kontrak kalau tak bisa memberikan trofi untuk Giallorossi.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar