FT ???? 0-1 ????
— Labbola (@labbola) May 1, 2017
?? Dedik Setiawan 70'@AremafcOfficial catat 3 clean sheets beruntun@persibafc_media 3 kalah beruntun#Liga1Stats #BPNARM pic.twitter.com/nlmitdXH6n
Hanya, untuk PS TNI, apakah posisi keenam berbekal raihan lima poin dari tiga partai tergolong buruk? Tidak adakah toleransi saat Abduh Lestaluhu cs kehilangan empat poin melawan dua tim kuat, Persib Bandung dan Borneo FC?
Mengesampingkan pergantian manajemen dan nilai plus Ivan Kolev selaku suksesor, penuturan Presiden PS TNI Brigjen A AB Maliogha mungkin bisa menjadi jawaban dua pertanyaan di atas.
Saat mengumumkan Ivan Kolev sebagai suksesor Hatton, sang patron menyatakan, "Target kami sudah jelas, harus nomor satu."
Tekanan uang
Sikap perfeksionis tidak cuma terlihat dari manajemen klub seperti PS TNI, tetapi juga suporter fanatik macam bobotoh, pendukung Persib Bandung.
Jagat Twitter langsung dibanjiri tagar #DjanurOut setelah Persib ditahan imbang 2-2 di kandang PS TNI, Jumat (21/5/2017). Padahal, pelatih Djadjang Nurdjaman baru menjalani dua laga Liga 1 yang selalu berakhir imbang, bukan kalah.
Belum hilang dari ingatan pula bahwa berkat Djanur, Persib mengakhiri puasa gelar liga selama 19 tahun pada 2014. Lewat tangan dingin pelatih yang pernah menimbang ilmu di Inter Milan itu, Persib juga memenangi Piala Presiden 2015.
Lantas, mengapa kultur di Liga 1 begitu "kejam" dalam menghakimi pelatih?
Agaknya bisa dimaklumi mengingat dimensi uang di dalamnya. Arus pengeluaran dari kas semakin deras setelah PT Liga Indonesia Baru menerapkan kebijakan bertajuk marquee player.
Sudah 15 klub dari 18 klub kontestan Liga 1 mengontrak marquee player untuk musim 2017. Persib, PS TNI, Persiba, dan Bali United termasuk di dalamnya.
Editor | : | Jalu Wisnu Wirajati |
Sumber | : | - |
Komentar