"Lampunya harus terang, tribune-nya enak. Intinya, adanya tempat ini adalah untuk menambah penghasilan. Saya pun terbantu bisa latihan di sana sewaktu-waktu. Sebelumnya, kalau latihan masih nyewa lapangan orang," kata ayah dengan dua anak perempuan ini.
Fasilitas penunjang GOR milik Sony juga layak diacungi jempol. Selain lapangan berkualitas, terdapat pula sejumlah alat olahraga, dua toilet bersih bagi pria dan wanita yang dilengkapi shower untuk mandi.
Tak hanya itu, GOR juga menyediakan kafetaria yang menjual makanan dan minuman, toko perlengkapan bulu tangkis, hingga mushalla.
Sejauh ini, operasional GOR ditangani langsung oleh istri Sony, Gading Safitri. Ia membawahi enam karyawan yang terdiri dari satu resepsionis, dua petugas kebersihan, dan tiga juru parkir.S
Sony berharap bisnis GOR-nya ini bisa semakin berkembang dan dikenal banyak orang. Ia pun berencana mengembangkan sisa lahan miliknya untuk usaha lain.
"Gedung ini utangnya belum lunas. Kalau saya bisa juarai turnamen tentu bisa cepat kelar, tetapi kalau kalah ya pusing juga," ucap Sony sambil tertawa.
Di sisi lain, dengan adanya GOR tersebut, Sony berhasrat memajukan bulu tangkis di Surabaya. Maklum, dalam beberapa tahun belakangan, Kota Pahlawan seret dalam melahirkan pebulu tangkis andal.
Saat ini, Sony memang bukan lagi pemain pelatnas. Ia terdepak dari "area" Cipayung pada 2014 setelah mengalami serangkaian cedera yang menghambat prestasinya.
Meski demikian, kondisi tersebut tidak menghalanginya untuk terus membangun cita-cita yang didambakannya sejak lama.
Sony seolah mengajarkan bahwa setiap orang bisa mewujudkan impiannya asalkan punya kemauan yang besar dan pantang menyerah.
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | - |
Komentar