Adaptif. Kata itu tampak cukup pas sebagai label penampilan Liverpool FC di kebanyakan musim, terutama musim ini. Maknanya bisa negatif, bisa juga positif, tergantung lawan yang dihadapi Si Merah.
Penulis: Christian Gunawan
Liverpool menjadi salah satu daya tarik besar Premier League musim ini dengan permainan menekan.
Dengan gaya seperti ini, Si Merah mendulang kemenangan mengesankan atas tim-tim kuat pesaing sehingga menjadi favorit juara.
Akan tetapi, pasukan Juergen Klopp kerap tampil semenjana saat menghadapi klub-klub medioker, terutama yang bertahan seperti tidak punya pilihan lain.
Dengan kelemahan di lini belakang, serangan balik klub-klub gurem ini menjadi malapetaka buat Liverpool.
Baca juga:
- Gelar Premier League Bukan Target Arsenal
- Jelang Piala AFF, PSSI Bangunkan Sepak Bola Perempuan
- Luis Figo: Barcelona Kurang Menghargai Saya
Jadilah Liverpool bisa menang lewat penampilan meyakinkan atas sesama kandidat kampiun seperti Arsenal, Chelsea, dan Manchester City.
Akan tetapi, Si Merah lantas kalah dari Burnley, Bournemouth, Swansea, dan terakhir Hull City.
Kekalahan dari Hull bak memberikan vonis The Reds tidak pantas berada di daftar favorit juara.
Sejak awal tahun sampai laga di Stadion KCOM itu, Reds hanya mendulang tiga poin dari lima partai tanpa pernah menang, ditambah kekalahan mengejutkan di Anfield dari Swansea.
Tersingkir dari Piala Liga dan Piala FA menegaskan kepayahan Reds.
Juergen Klopp mendesak timnya untuk memberikan reaksi: bangkit!
Editor | : | Weshley Hutagalung |
Sumber | : | Tabloid BOLA No.2.741 |
Komentar