Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Pelatih Timnas, Jangan Sampai Mengganggu Kebangkitan

By Rabu, 18 Januari 2017 | 21:04 WIB
Pemain Indonesia menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya menjelang dimulainya laga final Piala AFF 2016 melawan Thailand di Stadion Pakansari, Kabupaten Bogor, pada 14 Desember 2016.
HERKA YANIS PANGARIBOWO/BOLA
Pemain Indonesia menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya menjelang dimulainya laga final Piala AFF 2016 melawan Thailand di Stadion Pakansari, Kabupaten Bogor, pada 14 Desember 2016.

Keleluasaan

Risiko bukannya tak ada. Salah satunya hambatan komunikasi akibat perbedaan bahasa. Hanya, hal ini diyakini tak terlalu mengganggu.

“Perbedaan bahasa mungkin membuat pemain sulit mencerna kemauan pelatih. Tapi, sebenarnya bahasa sepak bola itu universal dan mudah dimengerti,” ujar Ricardo.

Berdasarkan pengalamannya sendiri, eks pemain timnas yang kini menukangi Arema FC, Aji Santoso, berpendapat serupa. “Saat dulu timnas dilatih Anatoli Polosin (1987-91) juga sempat ada kendala bahasa. Tapi, ketika itu ada ahli bahasa yang menerjemahkan Bahasa Soviet ke Bahasa Indonesia hingga pemain bisa memahami maksud pelatih,” tuturnya.


Eks pemain dan pelatih timnas Indonesia, Aji Santoso, berbicara kepada media di sela-sela acara Kongres Tahunan PSSI di Hotel Aryaduta Bandung, Minggu (8/1/2017).(SUCI RAHAYU/JUARA.NET)

Faktor yang lebih besar tentulah pengenalan sang pelatih anyar terhadap kultur pemain dan sepak bola Indonesia serta Asia Tenggara. Fernandez maupun Milla sama sekali tak punya pengalaman dalam hal itu.

“Fernandez maupun Milla tidak paham dengan kondisi sepak bola kita. Mereka pasti butuh waktu untuk beradaptasi,” ucap bek kanan Tim Garuda di Piala AFF 2016, Beny Wahyudi.

Pemahaman terhadap kultur sepak bola tak bisa dipandang enteng. Menurut Aji, hal inilah yang dulu membuat Polosin bisa sukses mempersembahkan medali emas sepak bola SEA Games 1991.

“Polosin juga awalnya tidak paham dengan kultur sepak bola di sini karena ia baru pertama kali datang ke Indonesia. Tapi, ia kemudian berkeliling ke seluruh Indonesia melihat pemain di berbagai kompetisi atau kejuaraan. Dari situ akhirnya ia paham karakter permainan yang pas bagi Indonesia dan memilih pemain berdasarkan hal tersebut,” katanya.


Editor : Firzie A. Idris
Sumber : Tabloid BOLA No. 2.734


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X