Komunikasi dan adaptasi merupakan dua kendala yang paling mencolok dalam perbandingan kinerja pelatih lokal dan asing di tim nasional Indonesia. Kedua hal itu bisa menghambat proses interaksi serta kedekatan emosional dengan para pemain.
Penulis: Indra Citra Sena/Ferry Tri Adi Sasona/Budi Kresnadi/Ovan Setiawan/Suci Rahayu
Hendro Kartiko pernah mengalaminya. Kiper tangguh timnas era 2000-an ini sempat berada di bawah komando Benny Dollo (2000-2001; 2008-2010), Ivan Kolev (2002-2004; 2007), hingga Peter Withe (2004-2007).
“Alhamdulillah, saya sudah mengalami kepemimpinan tiga pelatih tersebut di timnas. Pelatih lokal tentu lebih nyambung soal teknis karena dia paham betul kultur pemain-pemain Indonesia. Kami pun bisa cepat beradaptasi,” kata Hendro kepada Tabloid BOLA.
Namun, penjaga gawang yang menghabiskan sebagian besar karier profesionalnya di Persebaya Surabaya dan Persija Jakarta ini tak ketinggalan membeberkan sisi positif pelatih asing berdasarkan pengalaman pribadi.
Baca juga:
- Klopp: Permainan Liverpool Lebih Baik ketimbang di Anfield
- Akibat Pengaturan Skor, Juara Liga Champions Asia Dihukum
- Ancelotti: Tak Sembarang Orang Bisa Latih Real Madrid
“Pelatih asing itu kebanyakan tegas dan keputusannya tak dapat diganggu gugat. Kadang-kadang, pemain yang harus beradaptasi dengan karakter mereka, tetapi sikap menjunjung tinggi kedisiplinan patut diacungi jempol,” ujar Hendro.
Di lain pihak, Maman Abdurrahman selaku pemain timnas periode 2006-2010 punya penilaian berbeda.
Bek yang kini memperkuat Persija tersebut memiliki kesan tersendiri sewaktu dilatih Benny Dollo (2008-2010) dan Alfred Riedl (2010).
“Sebetulnya tidak terlalu jauh berbeda antara pelatih lokal dengan lokal. Mungkin yang membedakan adalah pelatih asing cenderung lebih percaya sama pemain minim pengalaman serta pemain belia,” ucap Maman.
Maman menjelaskan, pelatih asing menyukai pemain yang selalu bekerja keras di waktu latihan.
Editor | : | Weshley Hutagalung |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar