Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Pepatah klasik ini cocok untuk menggambarkan karier Fandi Eko Utomo di dunia sepak bola.
Penulis: Suci Rahayu/Indra Citra Sena
Fandi lahir dan besar dalam keluarga dengan kultur sepak bola yang begitu kental. Ayahnya, Yusuf Ekodono, tak lain adalah salah satu personel tim nasional Indonesia saat meraih medali emas SEA Games 1991 di Manila, Filipina, sekaligus legenda hidup Persebaya Surabaya.
Takdir seolah mengantarkan Fandi menjadi pemain sepak bola. Ia tercebur dalam dunia yang telah membesarkan nama sang ayah.
“Awalnya sering diajak ke lapangan sama bapak. Lama-kelamaan saya mulai tertarik bermain bola dan bergabung dengan SSB Bina Junior tahun 1998,” kata Fandi kepada BOLA.
Sebelum masuk SSB, masa kecil Fandi layaknya anak-anak lain yang banyak menghabiskan waktu menyepak bola bareng adiknya, Wahyu Subo Seto.
“Sebelum ikut SSB saya sering main bola plastik, biasanya berdua sama adik saya di halaman rumah atau di lapangan voli dekat rumah. Sampai saya sering dimarahi sama tetangga,” ucap Fandi mengenang masa lalu.
Menyandang status putra legenda Persebaya bukan berarti Fandi mendapat kemudahan dalam menjalani karier. Sebaliknya, dia harus bersusah payah merangkak dari level paling bawah sebelum mencapai level profesional seperti saat ini.
“Saya mengawali dari tim junior tahun 2007 ikut Persebaya bersama Andik Vermansah dan para juara Jatim,” kata Fandi.
Dia sempat meninggalkan Surabaya beberapa saat dengan membela Persekap Kota Pasuruan dan menjuarai Piala Soeratin U-18 2008. Setelah itu, Fandi kembali ke Surabaya untuk membela klub Divisi Tiga, Surabaya Muda.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar