Ketika menutup musim 2011/12, musim terakhir Pep, Busquets mencetak rataan 83,3 operan per 90 menit di La Liga. Rataannya terus menurun menjadi 80,1 operan di 2014/15, lalu 75 operan di 2015/16, dan cuma 73,3 operan di musim ini.
Kendati demikian, Busquets masih termasuk tiga besar dalam ketegori persentase operan sukses (91%).
Di posisi ketiga, ia hanya kalah dari Toni Kroos (Real Madrid, 92,7%), dan Roque Mesa (Las Palmas, 92,1%). Artinya, Busquets tetap tampil akurat, tapi hanya kurang sering melepas operan.
Selain karena gaya baru yang diterapkan Enrique, menurunnya jumlah operan Busquets juga diakibatkan level permainan rekanrekannya yang belum senada.
Kunci irama sukses Barca terbentuk dari operan-operan pendek di antara trio tengah, yang bersinergi apik dengan lini belakang dan depan.
Ivan Rakitic terlalu sering naik membantu serangan, sedangkan kecepatan Iniesta tak lagi seoke dulu.
Celakanya, para pemain yang bertugas melapis dua koleganya itu, baik Rafinha, Denis Suarez, maupun Andre Gomes, tak memiliki bentuk irama seperti di era Xaviesta.
Kunci irama sukses Barca terbentuk dari operan-operan pendek di antara trio tengah, yang bersinergi apik dengan lini belakang dan depan.
Tanpa irama yang sama, bahkan dengan perbedaan sepersekian detik pun, irama operan akan terganggu.
Dengan jarak antarpemain yang terlalu jauh, Busquets butuh energi ekstra untuk sekadar menerima dan mengirim kembali umpan. Selama jarak antarpemain masih sejauh ini, selama itu pula Busquets akan merana.
Selama itu pula Barca akan sulit menuai tripoin.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA No.2.720 |
Komentar