"Saat ini, PSSI hanya punya Piala Suratin. Kejuaraan untuk pemain U-17. Padahal, pembinaan harus dilakukan dengan menggelar kompetisi U-10, U-12, U-14, dan seterusnya. Pembinaan itu seharusnya tidak diserahkan pada pihak lain," tutur Supyan.
Rasanya sulit membantah pernyataan, atau mungkin harapan, di atas. Toh, sudah banyak bukti yang tersaji untuk hal tersebut.
Pembinaan usia dini adalah kunci Spanyol menjadi salah satu raja sepak bola dunia sedekade terakhir, demikian juga sukses Jerman memenangi Piala Dunia 2014.
Masalahnya, pembinaan usia dini seperti apa yang harusnya dilakukan? Banyak kalangan yang "tersesat" dalam hal ini.
Salah satu faktor yang kerap dilupakan dalam pembinaan usia dini adalah pelatih berkualitas di level akar rumput. Keberhasilan Islandia melaju ke perempat final Euro 2016 bisa menjadi contoh yang mesti dicermati oleh PSSI 1.
Sukses Islandia itu akan menampar siapa pun yang menyebut timnas tangguh hanya berasal dari kompetisi profesional nan gemerlap.
Kompetisi sepak bola kasta tertinggi di Islandia, yakni Urvalsdeild, statusnya hanya semiprofesional.
Banyak pesepak bola di level tersebut yang juga melakoni profesi lain.
Perbaikan sepak bola Islandia sudah dimulai 14 tahun sebelumnya. Selain membangun banyak lapangan indoor, sehingga sepak bola bisa dimainkan sepanjang tahun dan tak lagi terganggu oleh musim dingin nan ekstrem, federasi sangat fokus pada kualitas pelatih.
Populasi Islandia hanya sekitar 300-an ribu penduduk.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar