Heri Susanto menjadi bahan perbincangan dalam Pekan Olahraga Nasional XIX Jawa Barat 2016. Pemain berusia 22 tahun itu mengoleksi dua gol dalam tiga pertandingan buat tim PON Jabar.
Penulis: Fifi Nofita/Ferry Tri Adi
Tampil di TSC 2016, Heri praktis tak mendapat sorotan di tengah banyak bintang muda yang bersinar, semisal Evan Dimas, Ichsan Kurniawan, Andik Vermansyah, atau Irsyad Maulana.
Klub yang dibelanya pun hanya sekelas Persiba, bukan tim tradisional yang punya nama besar.
Namun, di tangan Jaino Matos, pelatih Persiba, Heri perlahan dibuat sejajar dengan deretan bintang muda Tanah Air itu.
Kecepatan dan naluri mencetak gol menjadi kekuatan pesepak bola kelahiran Magelang tersebut.
Sampai-sampai, Jaino punya strategi menguras stamina lawan dengan memainkan Heri dan Siswanto.
Baca Juga:
- Hasil Lengkap Bundesliga, FC Bayern Lanjutkan Rekor Sempurna
- Villarreal Gagalkan Upaya Madrid Pecahkan Rekor Barcelona
- Minim Main, Eks Winger PSG Antar Klubnya Jadi Juara Liga Vietnam
Di balik namanya yang mulai melejit, karier sepak bola Heri dilalui dengan penuh rintangan.
Pengoleksi empat gol buat tim Beruang Madu itu ternyata tak pernah didukung orang tuanya bermain sepak bola.
Saat Heri kecil, sang ayah mendidiknya sebagai karateka. Dengan kata lain, sang ayah menginginkan eks PBR itu mengikuti jejaknya menekuni bela diri asal Jepang tersebut.
Karena keinginan ayahnya itu, Heri tidak jarang mencuri-curi waktu untuk bermain sepak bola bersama temannya saat masih SD.
"Saya tidak dapat izin main sepak bola. Alasannya, setiap pulang sekolah lalu pergi ke kebun main sepak bola, pas pulang baju kotor semua dan kena marah," ujarnya kepada BOLA.
Meski begitu, ia tidak menyerah. Heri mulai mendapatkan restu dari sang ayah menggeluti sepak bola ketika diizinkan masuk Sekolah Sepak Bola (SSB) Sidolig di Bandung.
"Namun, saya bersikeras main sepak bola. Lama-kelamaan saya diizinkan dan masuk SSB Sidolig," ungkapnya.
Bandung Tempat Melejit
Pemain kelahiran 15 Juli 1994 itu sempat mencoba bergabung dengan Persib junior. Namun, ia tidak berhasil menembus tahapan seleksi.
"Saya sempat ikut seleksi di Persib U-15 dan U-17, tapi semuanya gagal," tuturnya.
Kegagalan itu tak mematahkan semangat Heri. Penampilan di Pekan Olahraga Daerah (Porda) Jabar 2013 menjadi titik balik karier sepak bolanya.
Dari ajang tersebut, ia diincar Persekap Pekalongan, yang berlaga di Divisi Satu, pada 2013 dan mendapat kontrak satu tahun.
Setahun kemudian, Heri kembali ke Bandung dan memperkuat Pelita Bandung Raya (PBR) U-21 hingga pelatih PBR senior, Dejan Antonic, meliriknya untuk bergabung ke tim senior pada 2015.
"Setelah main di Persekap Pekalongan, saya ke Pelita Bandung Raya U-21 dan dipanggil untuk bergabung ke PBR senior.
Namun, saya tidak lama main di PBR karena kisruh sepak bola nasional dan sanksi dari FIFA," katanya.
Menilik kualitas yang dimiliki Heri, Jaino Matos tak ragu menjadikan sang striker sebagai andalan di lini depan. Benar saja, eks PBR itu berada di bawah Shohei Matsunaga sebagai pengoleksi gol terbanyak klub.
"Setelah dari PBR, saya bergabung dengan Persiba. Hal itu tidak lepas dari usaha yang saya lakukan dan doa dari orang tua juga," ucapnya.
Sebagai pesepak bola yang baru mengawali kariernya di level profesional, Heri masih memiliki cita-cita yang ingin dicapai, apa lagi kalau bukan membela tim nasional.
"Pastinya ingin memberikan yang terbaik bagi Persiba. Sebagai pesepak bola, harapannya bisa bermain di timnas," tutur Heri.
[video]http://video.kompas.com/e/5134540747001_v1_pjuara[/video]
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar