Hanya, menerapkan ide itu tak semudah perkataannya di awal musim. Inter butuh waktu buat memahami filosofi sang pelatih.
"Waktu yang lebih akan sangat membantu, tetapi saya pikir kami memiliki sejumlah pemain berpengalaman yang bisa belajar dengan cepat," tutur De Boer diawal penunjukkannya.
Nyatanya, performa Inter dalam empat laga Serie A dan Liga Europa yang sudah berlalu belum bisa dibilang oke. Sepasang kekalahan berpadu dengan sebuah hasil imbang dan sebuah kemenangan.
Perubahan gaya bermain mulai terlihat dengan Inter selalu mencoba menjadi tim dominan. Dari empat laga tersebut, Inter selalu bisa menguasai bola di atas 60 persen.
Namun, kohesi yang belum terbentuk dengan filosofi baru plus sebuah kekurangan besar dalam tim yang membuat dominasi tersebut menjadi sia-sia.
Kekalahan 0-2 dari jawara Israel, Hapoel Be'er Sheva, di Liga Europa menunjukkan kelemahan besar Inter tersebut: mental.
"Seperti yang terjadi di Pescara, kami kehilangan arah dan ketenangan sehingga membiarkan lawan menciptakan peluang. Padahal, kami memulai laga dengan baik dan yakin bisa mencetak gol. Saya tak paham kenapa semua pemain bisa kehilangan akal setelah kebobolan," kata De Boer.
Editor | : | Weshley Hutagalung |
Sumber | : | Tabloid BOLA No. 2.669 |
Komentar