Kebalikannya, mereka kebobolan 1,8 gol per partai, dua kali catatan musim lalu yang 0,9 kali kebobolan per laga.
Perubahan gaya bermain terlihat.
Jika musim lalu Vardy cs membiarkan lawan mendikte bola dan melancarkan serangan balik kilat, musim ini status sebagai juara bertahan membuat mereka harus melakukan sebaliknya.
Lawan-lawan Leicester kini membiarkan The Foxes memainkan si kulit bundar lebih lama.
Hal ini terlihat dari jumlah penguasaan bola Leicester di paruh lapangan lawan yang lebih banyak (48%) musim ini ketimbang musim lalu (43%).
Para pemain Leicester mendapat ruang untuk melakukan operan lebih banyak ketimbang musim lalu (281,7 berbanding 240,4), indikasi bahwa lawan-lawan lebih hati-hati dalam menekan mereka ketimbang musim lalu.
Kelicinan para pemain juga belum maksimal. Jika musim lalu para pemain mencatatkan 11,3 dribel sukses per laga, jumlah ini turun menjadi 8,0.
Padahal, mereka mengakuisisi beberapa pemain lincah seperti Ahmed Musa.
Mungkin, hal paling ketara dari permainan Leicester musim ini adalah betapa buruk mereka berfungsi sebagai unit pertahanan tanpa N'Golo Kante yang hijrah ke Chelsea.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Opta, Squawka, Leicester Mercury |
Komentar