Ada beberapa pertemanan yang tidak bisa bertahan melewati ujian. Yang terjadi antara Jose Mourinho dan Pep Guardiola mungkin bisa jadi contoh kawan yang kemudian menjadi lawan.
FC Barcelona punya peranan penting tentang hubungan kedua pelatih tersebut. Barcelona mempertemukan dan 'memisahkan' keduanya.
Di era kepelatihan Bobby Robson di Camp Nou, Mourinho dan Guardiola bertemu untuk pertama kalinya. Mourinho sebagai asisten dan penerjemah untuk Robson, Guardiola sebagai pemain.
Guardiola tidak menampik bahwa mereka cukup akrab. Menurut Guardiola, dia dan Mourinho kerap mengobrol berjam-jam soal sepak bola.
Mourinho bertahan di Camp Nou sampai dia pergi pada 2000 dan Guardiola menyusul satu tahun kemudian.
Tidak ada yang menyangka bahwa reuni keduanya beberapa tahun kemudian akan 'beraroma darah' dan sarat perang psikologis di media.
Untuk bisa mengerti awal mula rivalitas tersebut, lagi-lagi kita harus kembali ke Barcelona. Tepatnya, Barcelona pada 2008 sepeninggal Frank Rijkaard yang tengah limbung. Mereka butuh pelatih baru.
Kandidat utamanya? Jose Mourinho dan Pep Guardiola. Barcelona dihadapkan pada dua kandidat yang sama potensialnya.
Namun, manajemen Blaugrana ketika itu merasa kepribadian ceplas-ceplos Mourinho tidak cocok dengan karakteristik klub.
Mereka pun memilih Guardiola, alumni La Masia dan mantan pemain andalan mereka, untuk menjadi nahkoda baru Barcelona. Mourinho pergi memendam kesal.
Hubungan antara Guardiola dan Mourinho berubah sejak saat itu. Ketika Mourinho melatih Internazionale Milan, dia tidak menutupi perasaan senangnya saat Javier Zanetti dkk menyingkirkan Barcelona di semifinal Liga Champions 2010.
Inter lolos meski kalah 0-1 di Camp Nou pada leg kedua. Sebab, pada leg pertama di San Siro, mereka menang 3-1.
"Kekalahan ini adalah kekalahan terindah di hidup saya. Kami berjuang dengan sepenuh jiwa. Inter tidak ubahnya sekumpulan pahlawan. Hal ini berbeda dengan tahun lalu ketika Barcelona menertawakan mantan pemain saya di Chelsea," kata Mourinho.
Permusuhan mereka semakin meruncing setelah Mourinho didaulat melatih Real Madrid, rival abadi Barcelona.
Tensi El Clasico, sebutan laga Barcelona-Real Madrid, yang sudah panas, semakin tinggi karena diwarnai perang kata-kata antara kedua pelatih.
Total, dari pertemuan mereka sejak menjadi pelatih, Guardiola lebih unggul ketimbang Mourinho.
Dari 15 pertemuan, Guardiola menang 7 kali dan Murinho hanya tiga kali, sementara sisanya seri.
Kini, keduanya akan kembali bertemu, kali ini di Premier League. Seperti sudah digariskan, mereka menangani rival sekota; Guardiola di Manchester City dan Jose Mourinho di Manchester United.
Derbi Manchester bukan sesuatu yang bisa dianggap enteng. Ada gengsi, prestise, serta posisi di klasemen yang dipertaruhkan.
Apalagi, kedua tim sama-sama mengumpulkan angka sembilan hasil selalu menang pada tiga pekan awal Premier League.
Man City untuk sementara ada di puncak klasemen karena unggul selisih gol, sementara Man United di peringkat ketiga.
Mourinho tentu penasaran ingin mengudeta Guardiola dari puncak klasemen.
Memang, Mourinho sudah mengisyaratkan bahwa dia tidak ingin perhatian publik hanya terfokus pada dirinya.
"Di Spanyol, kandidat juara ketika itu hanya saya dan dia, jadi saya rasa wajar kalau ada perselisihan individu. Di Premier League berbeda. Kalau saya hanya fokus ke Guardiola dan Man City dan sebaliknya, tim lain akan menyalip kami dan menjadi juara," kata Mourinho.
Apa yang dikatakan Mourinho boleh jadi benar. Mereka masih bersaing dengan Chelsea, Tottenham Hotspur, Arsenal, sampai juara bertahan Leicester City.
Namun, sejarah membuktikan, pertemuan antara Mourinho dan Guardiola akan selalu menjadi tontonan menarik tersendiri.
Editor | : | Aloysius Gonsaga |
Sumber | : | Berbagai sumber |
Komentar