Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Leicester Vs Arsenal, The Gunners Beruntung Tidak Dapatkan Vardy

By Septian Tambunan - Sabtu, 20 Agustus 2016 | 09:01 WIB
Penyerang Leicester City, Jamie Vardy (kiri), berbincang dengan sang manajer, Claudio Ranieri, dalam pertandingan Premier League melawan Hull City di KCOM Stadium, Hull, Inggris, 13 Agustus 2016.
MICHAEL REGAN/GETTY IMAGES
Penyerang Leicester City, Jamie Vardy (kiri), berbincang dengan sang manajer, Claudio Ranieri, dalam pertandingan Premier League melawan Hull City di KCOM Stadium, Hull, Inggris, 13 Agustus 2016.

Manajer Arsenal, Arsene Wenger, mungkin sempat jengkel ketika penyerang Leicester City, Jamie Vardy, menolak gabung ke Emirates Stadium. Namun, Wenger ternyata justru beruntung. Mengapa?

Pada akhir Juli 2016, Vardy dengan enteng mengaku ogah menjadi bagian pasukan Meriam London.

"Bukanlah sebuah keputusan besar ketika saya menolak Arsenal. Ini mudah dan saya ingin menetap di Leicester," ujar Vardy.

"Lagi pula, ada banyak urusan yang belum tuntas di sini. Saya pun melihat klub hanya bergerak ke satu arah, yaitu melangkah maju," tuturnya lagi.

Kini, Wenger harus bersiap kembali menghadapi Vardy di King Power Stadium dalam pertandingan kedua Premier League, Sabtu (20/8/2016).

Baca Juga:

Musim lalu Arsenal berhasil membungkam Leicester dalam dua laga. The Foxes, yang merupakan juara Premier League 2015-2016 tunduk 2-5 di kandang dan kalah 1-2 ketika bertandang ke markas Tim Gudang Peluru.

Namun, tiga gol Leicester diborong oleh satu orang, yaitu Vardy.

Apakah itu alasan Wenger ingin membajak ujung tombak The Foxes tersebut?

Akan tetapi, Arsenal justru merugi jika merekrut Vardy karena The Gunners sudah mempunyai juru gedor yang ternyata lebih baik. Siapa dia?

Jawabannya adalah Olivier Giroud.

Seperti dikutip Sporting Intelligence, Kamis (18/8/2016), Giroud rupanya mengungguli Vardy dalam tiga aspek dan hanya kalah pada satu kategori sepanjang gelaran Premier League 2015-2016.

Berikut ini pemaparan perbandingan Vardy vs Giroud:

Mencetak Gol

Di samping jumlah gol yang dicetak, ada elemen penting dari seorang striker. Vardy memang membukukan 24 gol, termasuk lima lesakan dari sepakan penalti, sementara Giroud mengukir 16 gol dan hanya mencetak satu gol dari titik putih.

Namun, jika mengabaikan gol dari penalti, tingkat ketajaman keduanya menjadi lebih dekat, yaitu 19 berbanding 15.

Lalu, ketika ditelusuri lebih jauh, Vardy ternyata bermain sebanyak 3.133 menit dan Giroud cuma 2.430 menit, yang berarti Vardy memiliki keuntungan waktu 703 menit.

Berarti, Giroud sedikit lebih garang dengan rata-rata menggetarkan jala lawan tiap 162 menit, sementara Vardy 165 menit.

Menciptakan Peluang

Selain menjebol jala lawan, penyerang yang ideal harus mampu menciptakan peluang bagi rekan satu timnya.

Membuat peluang tidak hanya mengemas assist, tetapi juga memberikan operan kunci, yang kadang memang tidak dapat dikonversi menjadi gol karena tergantung dari sang finisher dan kualitas kiper musuh.

Vardy melakukan tugas ini dengan baik dan sukses mengalahkan Giroud di angka 46 berbanding 36.

Akan tetapi, ketika jumlah menit bermain dimasukkan ke dalam perhitungan, artinya Vardy membutuhkan sekitar 68 menit untuk menciptakan sebuah kesempatan, sedangkan Giroud hanya perlu 67,5 menit.

Operan

Penyerang tengah akan semakin berbahaya jika mampu memberikan operan seefektif dengan mencetak gol.

Kemampuan tambahan ini dapat mengacaukan jantung pertahanan lawan dan akan menghasilkan lebih banyak peluang mencetak gol.

Namun, jika sebuah tim mengandalkan serangan balik, seperti Leicester, penyerang tersebut tentunya akan memiliki kesempatan yang lebih sedikit memberikan passing daripada tim dengan strategi menyerang laiknya Arsenal.

Giroud sanggup melakukan 21 operan dalam setiap pertandingan sementara Vardy hanya melepaskan 12.

Akan tetapi, akurasi operan Giroud dan Vardy tak terlalu jauh, yaitu 68 persen berbanding 66 persen.

Memenangi Duel Udara, Tackle, dan Pelanggaran (mempertahankan dan merebut bola)

Seorang striker yang tidak pasif dan dapat memenangi duel dengan tembok-tembok pertahanan musuh menjadi sosok yang begitu penting untuk tim.

Tiga situasi umum yang memberikan kesempatan bagi penyerang untuk mempertahankan atau merebut bola adalah saat duel udara, tackle, dan pelanggaran (memaksa lawan melanggar dirinya).

Dari tiga tipe tersebut Giroud memiliki keunggulan signifikan. Dia mampu memenangi duel 5,7 kali per pertandingan, sementara Vardy 4,4 per pertandingan.

Bahkan, jika jumlah menit bermain dimasukkan, Giroud semakin terdepan.

Penyebab utama keunggulan Giroud adalah dia mampu memenangi 52 persen duel udara, berbanding 32 persen yang dicatatkan Vardy.

Kesimpulan

Arsenal memang membutuhkan penyerang yang lebih ganas, tetapi mendatangkan Vardy (29 tahun, 7 bulan) bukanlah peningkatan signifikan, yang terbukti tidak lebih bagus dari Giroud (29 tahun, 11 bulan).

Bahkan, Giroud sekali lagi mengalahkan Vardy dalam nilai transfer.

Berdasarkan data Transfermarkt, saat ini harga jual Giroud mencapai 25 juta euro (sekitar Rp 372,8 miliar), sementara Vardy berada di angka 20 juta euro (sekitar Rp 298 miliar).

Jadi, siapa yang lebih baik di antara Vardy dan Giroud musim 2016-2017? Menarik untuk dinantikan.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P

Editor : Jalu Wisnu Wirajati
Sumber : Transfermarkt, Sporting Intelligence


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X