Perjalanan saya meliput Euro 2016 dimulai pada Kamis (2/6/2016). Hari itu saya bertolak ke Prancis menggunakan maskapai penerbangan asal Turki yang menjadi sponsor utama pergelaran sepak bola terakbar Eropa itu.
Laporan Sem Bagaskara dari Paris, Prancis
“Beef or chicken, Sir? (Daging sapi atau ayam?),” tanya pramugari pesawat dengan ramah ketika menawarkan makan malam.
Saya mengambil menu daging sapi. Tiba-tiba suasana menjadi sedikit kaku ketika penumpang di seberang kiri saya tak memilih satu pun opsi yang ditawarkan sang pramugari.
Ia menginginkan menu khusus, yakni makan malam bebas gula.
Permintaan segera ditolak oleh pramugari pesawat yang lantas mengatakan bahwa kudapan semacam itu seharusnya dipesan jauh sebelum jam makan malam tiba.
Jalan tengah akhirnya ditempuh. Penumpang yang “rewel” tersebut menepikan nasi beserta ayam dan cuma memakan hidangan salad.
Sebuah celetukan menarik dikeluarkan oleh pria yang duduk persis di samping kanan saya. “Welcome to Europe my friend,” kata pria bernama Manuel itu kepada saya.
Manuel tahu betul karakter orang Eropa mengingat ia berpaspor Malta. Tetapi, ia juga sangat memahami rasa ketertarikan saya kepada “masalah” kecil di pesawat itu.
Sebagai orang Jawa, ajaran untuk nrima dan tak banyak protes sangat akrab di telinga saya.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA No.2.670 |
Komentar