Sambutan kepada Euro 2016 terasa kian tak menyenangkan karena jantung Prancis, Paris, dilanda banjir.
Bahkan, Musee du Louvre, museum berbentuk piramida yang biasanya menyedot atensi pengunjung, terpaksa tutup pada 3 Juni.
Namun, saya yakin serangkaian kejadian tadi tak akan banyak mengganggu persiapan Prancis sebagai tuan rumah.
Ahli semiotika Prancis, Roland Barthes, pernah bilang bahwa Paris n’a pas été inondé (Paris tidak kebanjiran).
Barthes mengatakan bahwa banjir besar yang melanda ibu kota Prancis pada Januari 1955 lebih merupakan perayaan ketimbang malapetaka.
Publik Prancis kala itu dibuat terhibur oleh berbagai pemandangan baru seperti mobil-mobil yang cuma kelihatan atapnya saja, kucing yang berharihari tak turun dari pohon, atau lampu jalan yang mendadak pendek karena tertutup air layaknya bunga bakung.
Karena itu, publik Prancis kini harus tetap menganggap banjir sebagai bagian dari perayaan besar.
Pesta bernama Euro 2016.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA No.2.670 |
Komentar