Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Thomas Thedy dan Impian Insan Basket Indonesia

By Arief Kurniawan - Kamis, 28 November 2013 | 18:06 WIB
Video di Staples Center saat gim Lakers adalah hasil karya tim dikomandoi eks pebasket Indonesia, Thomas Thedy Kurniady.
Getty Images
Video di Staples Center saat gim Lakers adalah hasil karya tim dikomandoi eks pebasket Indonesia, Thomas Thedy Kurniady.

Tak terasa 2013 sudah di pengujung batas. Desember segera habis. Bagaimanakah dengan bola basket Indonesia?

Bola basket Indonesia diam-diam mengekspor pebola basket berbakat menjadi orang penting di Los Angeles Lakers. Saya membaca di sebuah media nasional yang menulis bahwa Thomas Thedy Kurniady sudah menjadi art director Lakers.

Thomas bukanlah orang baru di Mingguan BOLA. Saya mengikuti sepak terjangnya sejak di Panasia Indosyntec. Saat ia kuliah di Savannah, Georgia, tulisannya sering muncul rutin di BOLA.

Kami pernah berkolaborasi meliput final NBA 1997 di Chicago dan Salt Lake City. Bersama Thomas dan seorang teman berkulit hitam, kami pernah ngebut di jalan tol dan dihentikan polisi di Chicago.

Kesuksesan Thomas dipercaya sebagai art director Lakers sejak 2010 jelas bukan karena tiba-tiba. Ia memang terkenal rajin, tekun, dan teliti mempersiapkan diri. Ia juga genius di bidang seni (art).

"Thomas adalah pebasket yang selalu mempersiapkan diri dengan detail. Mulai dari gel rambut, hingga padanan sepatu dengan kaos kaki. Semua aksesoris ditata rapi sekali. Itu dilakukan ketika teman-teman lain sedang istirahat," ucap istri saya, yang dulu menjadi pengawas tim basket PON Jabar, saat diperkuat Thomas, AF Rinaldo, Kiki Susilo, Ronald Median, Arifin, dan lain-lain di PON 1993.

Thomas juga seorang mahasiswa yang rajin. Saat kuliah di jurusan Seni Rupa ITB, ia jarang melalaikan tugas gambar, meskipun baru saja menjalani latihan berat bola basket. "Tugasnya tak pernah lewat. Ia pintar membagi waktu," tambah istri saya yang juga lulusan ITB, sehingga informasi tentang Thomas mudah ia dapat dari para dosen di ITB.

Tapi, tak banyak yang tahu bahwa Thomas itu juga bandel, bandelnya anak-anak. Kata istri saya, ketika di sekolah menengah, Thomas pernah dikurung di kurungan ayam karena kebandelan itu!

Jadi, seharusnya bola basket Indonesia bangga, sebab di pengujung tahun ini, ada anak basket (abas) yang tetap bekerja di basket, namun dengan posisi yang terpandang.

Lapangan NBA

Apakah ada tim basket Indonesia yang pernah bermain di lapangan NBA? Ada.

Tim DBL All-Star 2013 bulan November ini bermain di Sleep Train Arena, Sacramento. Merekalah pemegang rekor sebagai tim bola basket asal Indonesia pertama yang berlaga di lapangan NBA.

Eh, ngomong-ngomong apakah kita punya lapangan kayu dengan standar NBA? Ternyata ada juga. Lapangan kayu di Hi-Test Arena di Batam, kualitasnya sama dengan lapangan di Shanghai, saat LA Lakers dan Golden State Warriors bertanding preseason.

Main di lapangan NBA itu empuk sekali. Saya pribadi pernah merasakan itu di Madison Square Garden, Oakland Arena (sekarang Oracle Arena), dan Alamodome saat NBA All-Star. Jadi, kalau anak-anak pebasket terbaik SMA yang tergabung dalam DBL All-Star itu bisa bermain di sana, itu adalah pengalaman yang tak terbeli.

Anak-anak SMA itu pasti berkicau tentang pengalaman selama di Amerika, entah berlatih atau hebohnya bermain. Kicauan mereka akan direkam anak-anak basket lain untuk menanam impian pergi ke Amerika lewat bola basket.

DBL Indonesia juga memberikan pembelajaran bahwa bola basket dan studi itu harus sejalan. Beberapa perguruan tinggi mereka intip, salah satunya adalah University of California Davis.

Dampaknya dahsyat lho. Sepulang dari DBL All-Star, tiba-tiba anak saya punya impian sekolah sambil basket ke AS. Alamak, dana dari mana ya?

"Itu kampus dahsyat sekali. Seperti di kota sendiri," ucap anak saya, first timer ke Negeri Paman Sam.

Saya dan imajinasinya sama. Saat ke Wharton School of the University of Pennsylvania, sekolahnya Pak Anggito Abimanyu, Ketua Umum PP Perbasi, mengambil Ph.D. Saya hanya bisa geleng-geleng. "Ini kota kampus, apa kampus kota ya?"

Program DBL All-Star yang menjadi idaman student athlete itu memang bagus mengubah paradigma berpikir generasi basket. Transformasi generasi basket sedang terjadi.

DBL mengajarkan kejujuran, kerja keras, dan komitmen sejak kompetisi di masing-masing kota. Sadar tidak sadar, itu bentuk perbaikan pada kualitas sumber daya manusia lewat bola basket.

Dalam 10 tahun program DBL, saya merasakan terbangunnya komunitas baru yang loyal pada bola basket. Loyalitas yang tidak sekadar basa-basi lho.

Kepedulian Insan Basket

Nama Jerry Lolowang sebenarnya sudah tidak asing bagi saya. Saya pernah membuat profil Jerry di turnamen Hexos antar SMA saat digelar di Bandung. Sesuai prediksi, Jerry menjadi salah satu pebasket bagus di level NBL Indonesia.

Tumor Jerry sebenarnya sudah lama ada yang membuatnya beralih dari bulu tangkis ke bola basket. Ketika NBL Indonesia merilis bahwa Jerry menjalani kemoterapi sangat mahal untuk menyembuhkan kankernya, semua anak basket bergerak.

Saya tersentak pernyataan selebritas yang sopan sekali, Choky Sitohang, Rabu (27/11) petang di Hall A Senayan. "Saya tak kenal Jerry Lolowang. Saya tak perlu harus mengenalnya dulu untuk membantu. Saya main basket ini walau sebenarnya ACL sedang putus, untuk menghormati dia," ungkap Choky.

Bola basket putri Indonesia, yang ikut menyumbang pada Jerry, juga sedang diberi hadiah. Untuk pertama kali dalam sejarah, Indonesia akan tampil di Asian Games. Melihat peta kekuatan yang ada di SEA Games, putri Indonesia juga berpeluang membawa pulang medali emas.

Adalah Hasan Gozali, si empunya tangan dingin itu yang diam-diam tekun membenahi timnas. Hasan tak sendiri. Pemilik klub WNBL, liga basket putri, juga berperan menjaga performa putri.

Jadi, sebenarnya di pengujung tahun ini, bola basket Indonesia memiliki prestasi yang indah dilihat dan dirasa. Sayangnya semua itu masih berjalan sendiri-sendiri laksana mozaik.

Setahun dari sekarang, tepatnya di bulan Desember 2014 nanti, adakah seorang sosok Indonesia yang bisa menggabungkan mozaik-mozaik itu menjadi sebuah kekuatan besar? Kekuatan besar untuk transformasi bola basket Indonesia menjadi lebih baik.

Hanya insan basket Indonesia yang bisa menjawabnya.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P

Editor : Eko Widodo


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X