"Saya menemukan motivasi saya dalam kemarahan saya ketika saya menetapkan tujuan dan mengejar impian saya," kata juara Olimpiade baru itu kepada Yonhap.
Secara khusus, An mengatakan pemain tunggal seperti dirinya seharusnya dikelola secara berbeda dibandingkan pemain ganda.
"Tunggal dan ganda jelas berbeda dan kami harus berlatih dengan sistem yang berbeda,” kata An.
"Harus ada kelompok pelatih yang berbeda dan program pelatihan juga harus berbeda. Semua pemain tunggal mempunyai gaya yang unik, tetapi tim nasional mencoba mengarahkan mereka semua ke arah yang sama.”
An mengatakan, operasional tim nasional berkisar pada nomor ganda karena pemain ganda secara tradisional lebih sukses dibandingkan pemain tunggal di ajang internasional.
“Dalam hal pengobatan dan pelatihan, pemain ganda memiliki prioritas,” kata An, seraya menambahkan bahwa dia lebih suka memiliki pelatih pribadi seperti beberapa rivalnya dari luar negeri.
An juga menuding Asosiasi Bulu Tangkis Korea Selatan mengambil keputusan sepihak tanpa berkonsultasi dengan pemain.
“Suatu kali, saya tidak bisa bermain di turnamen di Prancis dan Denmark di luar keinginan saya, dan tidak ada yang memberi saya penjelasan apa pun. Asosiasi baru saja mengeluarkan saya dari line-up tanpa komunikasi apa pun."
“Ini bukan lingkungan yang kondusif untuk mengajukan pertanyaan. Saya tidak pernah sempat menanyakan apa pun setelah turnamen selesai. Bahkan tidak ada pertemuan."
An kemudian menambahkan, "Saya berharap orang-orang di asosiasi dan komite Olimpiade nasional akan mengambil tanggung jawab atas masalah ini, bukannya menghindarinya."
Dia lalu menegaskan, "Saya ingin membuat suara saya ini didengar. Bisa dibilang, impian saya adalah (memiliki) suara."
Apa yang dialami An Se-young ini mirip kerja paksa meraih medali emas Olimpiade, karena melakukannya dalam kondisi cedera yang tidak ditangani dengan semestinya.
Padahal, hanya dia dari bulu tangkis negerinya yang berhasil meraih emas Olimpiade Paris 2024.
Sedangkan ganda campuran, yang lebih diprioritaskan dalam pelatihan dan dukungan medis, Kim Won-ho/Jeong Na-eun, cuma mampu meraih medali perak setelah dikalahkan pasangan China, Zheng Siwei/Huang Yaqiong.
Emas tunggal putri yang dipersembahkan An Se-young itu sudah dinanti Korea Selatan sangat lama setelah terakhir kali dari Bang Soo-hyun di Olimpiade Atlanta 1996.
Editor | : | Taufik Batubara |
Sumber | : | AFP.com, Koreatimes.co.kr |
Komentar