Namun, Jalani merasa frustrasi karena beberapa debutan seperti Wei Chong-Kai Wun dan Arif-Roy King gagal memanfaatkan peluang mereka, tersingkir lebih awal alih-alih melaju lebih jauh di turnamen tersebut.
"Para pemain ini berkesempatan untuk berlaga di All England, dan itu tidak boleh dianggap enteng. Meskipun Olimpiade mungkin dianggap sebagai puncak prestise, All England telah lama dianggap sebagai turnamen tempat lahirnya juara sejati," paparnya.
Jalani mendesak Asosiasi Bulu Tangkis Malaysia (BAM) untuk melakukan otopsi alias evaluasi total atas penampilan tim nasional yang tak mengesankan, khususnya para pemain di bawah naungan mereka.
Dia dan seluruh rakyat Malaysia ingin tahu alasan di balik penampilan para pemain yang kurang bersemangat di All England.
"Otopsi diperlukan untuk memahami apa yang salah. Seperti yang saya sebutkan, ketika terjadi pergantian pelatih, tantangan pun muncul," ungkapnya.
Bulan lalu, BAM merekrut Herry Iman Pierngadi sebagai pengganti Tan Bin Shen, yang pindah ke Hong Kong.
Akan tetapi, tulis media Malaysia The Star, pelatih sukses asal Indonesia yang akrab disapa Herry IP itu hampir tidak punya waktu untuk melatih para pemain ganda putra.
"Para pemain butuh waktu untuk beradaptasi dengan metode dan modul pelatihan baru. Saya tidak menyalahkan siapa pun, tetapi ini adalah kenyataan bagi para pemain, saya mengalaminya sendiri," tambah Jalani Sidek.
Jalani tak menyebut nama atau menunjuk hidung langsung Rexy Mainaky dan Herry IP sebagai dua sosok yang sangat beperan atas kegagalan berjamaah ganda putra Malaysia itu.
Namun, Rexy diberi mandat oleh BAM untuk memimpin seluruh pemain bulu tangkis Malaysia.
Sedangkan Herry IP baru resmi menjalani tugas sebagai pelatih kepala ganda putra Malaysia pada 1 Februari lalu.
Dia tak bisa ikut mendampingi para pemainnya ke All England Open 2025 karena terkendala visa yang belum selesai akibat pengurusan mendadak.
Editor | : | Taufik Batubara |
Sumber | : | Thestar.com.my |
Komentar