Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Kisah Son Heung-Min Pemain yang Mewakili Ambisi Asia di Level Internasional

By Intisari Online - Rabu, 18 Juli 2018 | 14:39 WIB
Pemain Korea Selatan, Son Heung-Min, merayakan golnya ke gawang Honduras dalam laga persahabatan di Daegu, Korea Selatan pada 28 Mei 2018.
JUNG YEON-JE/AFP
Pemain Korea Selatan, Son Heung-Min, merayakan golnya ke gawang Honduras dalam laga persahabatan di Daegu, Korea Selatan pada 28 Mei 2018.

Son Heung-Min satu di antara banyak pemain Asia yang memegang ekspektasi besar di pundaknya, ia bahkan membawa harapan suatu bangsa di pundaknya.

Meski di Asia, Korea Selatan adalah tim dengan skuat terbaik saat ini, tetap saja Son membawa harapan besar sebuah bangsa di pundaknya.

Son, satu-satunya pemain Korea Selatan yang bermain di Liga Champions atau Liga Europa musim lalu, dan memegang peran kunci. 

Sampai saat ini ia berjuang untuk mendapatkan tempat di tim Tottenham tetapi ia telah membuktikan kemampuannya di panggung terbesar level klub.

Langkah mundur bukanlah sesuatu yang dipilih oleh pemain berusia 25 tahun itu, ia sudah terbiasa dengan kariernya yang baru saja naik.

(Baca Juga: Asian Games 2018 - Pelatih Thailand Komentari Son Heung-min di Timnas Korsel)

Son tiba di Hamburg pada usia 16 tahun dan tidak bisa berbicara bahasa Jerman. 

Dia digambarkan sebagai "pemalu tetapi selalu rapi" oleh mantan ibu angkatnya Jutta Wendorf. 

Pada usia 18 ia bermain untuk tim pertama Hamburg, lalu pada usia 19 ia menjadi pemain penting dalam tim tersebut. 

Kenaikannya tidak luput dari perhatian di tanah airnya dan dia segera dibanjiri dengan surat cinta dan surat penggemar.

Setelah tiga musim berlalu ia menerima pinangan dari klub pesaing Hamburg Bayern Leverkusen dengan nilai transfer 10 juta Euro (Sekitar Rp167 Milliar).

Langkahnya maju ke Leverkusen adalah harapan bahwa pengiriman di BayArena akan memberinya perhatian klub di Liga Premier. 

Pemain Korea Selatan ini akhirnya memang ditakdirkan untuk menyelesaikan perpindahan impiannya ke liga paling terkenal di dunia Premier League.

Hanya butuh waktu singkat Son pindah ke Tottenham Hotspur dan menjadikannya pemain Asia termahal dalam sejarah dengan nilai transfer 30 juta Euro (Sekitar Rp502 Milliar).

(Baca Juga: Cristiano Ronaldo Masih Utang Rp 89 Miliar ke Pemerintah Spanyol)

Sudah jelas bahwa Son telah melampaui ekspektasi di Leverkusen setelah hanya dua musim bersama klub. 

Dengan pertandingan besar di awal musim, klub Bundesliga enggan membiarkan Son pergi. 

Dengan sedikit keraguan, dia melakukan apa yang dilakukan oleh pemain muda saat ini mogok latihan bahkan tidak menunjukkan diri. 

Keberadaan Son tidak diketahui selama dua hari dan dia menolak untuk menanggapi ketika klubnya mencoba untuk menghubunginya.

Hingga transfer terlaksana ia mulai bergerak untuk benar-benar menjadi pemain yang diperhitungkan dunia.

Pertama kali bermain di liga paling dengan atmosfer terpanas di dunia, Son tidak dengan mudah beradaptasi.

Ia mendapatkan banyak kendala sebagai seorang pemain, dengan waktu bermain yang minim hingga keluarga Son memintanya untuk pindah klub.

"Dalam pikirannya, dia bertekad untuk bergerak tetapi pada akhirnya dia menerima bahwa dia harus tinggal dan berjuang untuk tempatnya,"  kata Pochettino pelatih Tottenham Hotspur.

Musim kedua di Inggris ia sukses besar, bahkan Son menjadi anggota penting dalam memainkan serangan Tottenham.

Ambisinya tak berhenti di situ saja ia mengatakan tentang mimpinya yang lebih besar. 

"Dalam mimpi, Anda dapat melakukan apa yang Anda inginkan."

"Di Korea, mereka mengatakan bahwa Anda harus bermimpi lebih besar dari yang terbesar."

"Semua pemain sepak bola ingin memenangkan penghargaan seperti Ballon d'Or, dan itu adalah salah satu impian saya," ucap Son melalui Onefootball.

Hal itu membawanya pada perbandingan dengan Cristiano Ronaldo keduanya berbagi ambisi, posisi favorit mereka, dan mungkin fakta bahwa mereka populer di negaranya.

Namun, Son mengatakan seorang anti-Ronaldo. 

Sementara setiap tindakan Portugal dibuat dengan pandangan untuk membawa dia lebih dekat ke kemuliaan, Son justru melakukan yang sebaliknya.

Di bawah Pochettino ia telah belajar untuk membuat permainan yang bermanfaat bagi tim, menyeret lawan di sekitar dan membuka ruang bagi orang-orang seperti Harry Kane atau Dele Alli. 

Ia bermain di garis depan bukan hanya sebagai pencetak gol namun membuat teman-temannya berbagi ruang dan gol.

Meski Son agak jauh dari Ballon d'Or itu, namun niat Son memiliki motivasi tak berujung untuk meningkat, dan Piala Dunia adalah panggung terbesar baginya.

Ia juga dikabarkan pada Agustus akan pergi ke Indonesia dan membela negaranya sebagai pemain Senior di ajang Asian Games 2018. (Afif Khoirul M)

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P

Editor : Nugyasa Laksamana
Sumber : Intisari-online


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X