Johannis Winar tak pernah direstui terjun ke dunia basket. Bagaimana pelatih Pelita Jaya ini akhirnya bisa menerima berbagai penghargaan?
Penulis: Persiana Galih
Ahang, begitu Johannis Winar kerap disapa tidak sadar benang layang-layang yang dipegangnya dari tadi sudah putus.
Mata bocah SMP ini masih menyaksikan bagaimana para sepupunya bermain basket di lapangan Flying Wheel, Makassar.
Ia ingin sekali bermain basket, tapi tak pernah mendapat izin neneknya, sang pemilik lapangan. Tapi, betapa girangnya ia ketika suatu sore sang ayah, Hendi Winar membawakannya sebuah bola basket.
"Ayahnya adalah pelatih tim Sulawesi Selatan. Bola itu sepertinya dia ambil dari tim Sulsel," kata Yu Ling Chen, istri Hendi, saat ditemui BOLA di rumahnya, Jalan Laiya, Makassar, Selasa (28/11).
Meski sudah memiliki bola sendiri, anak ketiga dari empat bersaudara ini tidak boleh bermain bareng para sepupunya. Artinya, ia hanya bisa bermain waktu lapangan tak dipakai.
"Biasanya Ahang akan pulang sekolah pukul 13.00 dan bermain basket sampai pukul 15.00. Setelah itu, ia bermain layangan lagi," tuturnya.
Pada pukul 16.00, biasanya lapangan tersebut sudah ramai digunakan para sepupu Ahang.
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | TABLOID BOLA NO. 2.824 |
Komentar