Tanpa ambil pusing, Ahang menerima tawaran tim Banjarmasin, Kalimantan Selatan, itu. Kedua orang tuanya, Hendi dan Yu Ling, diundang Budhi untuk meninjau tempat tinggal Ahang selama di Banjarmasin.
"Itu perusahaan besar dan Ahang akan betah di sana," ujar Hendi, ayah Ahang.
Namun, selama di Banjarmasin, porsi Ahang bermain basket malah sedikit.
Ia bosan karena lebih banyak beraktivitas sebagai tenaga komputerisasi PT Daya Sakti, terutama setelah Banjar Utama tak lagi manggung di Kompetisi Liga Bola Basket Utama (Kobatama) setelah musim 1991/92.
Pucuk dicinta ulam pun tiba. Pada 1996, kebosanan Ahang di Banjarmasin direspons klub Kota Bandung, Panasia Indosyntex.
Melalui sepucuk surat, Suwandi Bing Andi, Presiden Direktur PT Panasia Filament, mengutarakan bahwa ia ingin merekrut Ahang.
Saat itu, Panasia ingin kembali berjaya setelah sempat menjuarai Kobatama 1994.
"Saya tak berani bilang ke Pak Budhi tentang keinginan untuk berkarier di Bandung. Saya cuma bisa menangis dan minta tolong mami," ujar Ahang.
Baca Juga:
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | TABLOID BOLA NO. 2.824 |
Komentar