- Richard Mainaky: Penampilan Praveen/Debby Belum Konsisten Tahun Ini
- Megawati Hangestri Belum Tahu Apakah Tampil pada Proliga 2018
- Daftar Calon Penerima Penghargaan BWF 2017
Singkat cerita, kedua orang tuanya kembali terbang ke Banjarmasin. Tujuannya, meminta pengertian Budhi untuk merelakan kepergian Ahang.
Meski pada akhirnya Budhi mengabulkan permintaan Ahang, perkataannya kala itu tak akan pernah Ahang lupakan. "Memang basket bisa kasih makan apa? Pergi dari sini dan saya tidak mau lihat mukamu lagi," ujar Ahang, menirukan Budhi kala itu.
Di Bandung, ia sangat bersungguh-sungguh karena ingin membuktikan bahwa basket adalah pilihan hidup yang tepat.
Setahun berada di Kobatama 1996, target Panasia menjadi kampiun direbut Aspac. Namun, waktu itu Ahang berhasil menyabet gelar most valuable player dan pencetak poin terbanyak sekaligus!
Kemudian dua tahun berturut-turut, yakni pada Kobatama 1997 dan 1998, Panasia baru bisa menuntaskan asanya sebagai raja di Indonesia.
Singkat cerita, suatu hari pada 2002, Ahang memilih meninggalkan Kota Kembang dan bergabung dengan Satria Muda.
"Waktu itu saya bertanya pada manajemen dan tim pelatih: 'Apakah tim ini masih menargetkan juara? Kalau tidak, saya pergi saja," tutur Ahang.
Di Satria Muda, ia sempat mengangkat satu trofi, yakni pada Liga Basket Indonesia (IBL) 2004.
Pada 2006, ia kembali ke Panasia, yang sudah ganti nama menjadi Garuda Bandung dengan tujuan menjadi pelatih.
Baru pada 2017 sebagai pelatih kepala ia berhasil menyabet gelar juara IBL bersama Pelita Jaya.
"Kami sekeluarga menonton Pelita Jaya main dengan deg-degan. Saya menangis bangga ketika tim itu menang," ujar Yu Ling.
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | TABLOID BOLA NO. 2.824 |
Komentar