Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
3. Antun “Tony” Pogacnik (Yugoslavia/1954-1964 & 1977)
Pelatih asing yang begitu mencintai Indonesia. "Tentu saja saya mencintai negeri kelahiran Yugoslavia. Namun, saya juga mencintai Indonesia. Saya ingin menjadi warga negara negeri ini dan terkubur di sini," ujarnya seperti ditulis BOLAVAGANZA.
Empat tahun setelah berujar begitu, pelatih dikenal dengan nama Tony Pogacnik itu wafat di Indonesia. Ia pun sudah menjadi warga negara Indonesia sebelum wafat.
Mantan pemain timnas Yugoslavia 1937-1941 itu dikontrak PSSI selama lima tahun sejak 1954 dan diperpanjang lima tahun lagi pada 1959.
Selama 10 tahun, ia membawa banyak catatan positif buat timnas Indonesia. Indonesia menghuni peringkat keempat Asian Games 1954 Manila, menahan imbang Uni Soviet 0-0 di Olimpiade 1956, dan medali perunggu Asian Games 1958 Tokyo. Setelah di Tokyo, Tony mendapat tantangan meloloskan Indonesia ke Piala Dunia 1958.
Meski akhirnya lolos ke babak kedua kualifikasi, Indonesia mengundurkan diri karena alasan politik, yakni penolakan terhadap Israel.
Tahun 1977, ia kembali menerima permintaan PSSI untuk menangani timnas di Kualifikasi Piala Dunia 1978. Namun, Indonesia gagal lolos ke putaran final.
Ajang Internasional
4. Endang Witarsa (1966-1970, 1981)
Meski bergelar dokter gigi, Endang Witarsa (Liem Soen Joe) memilih mengabdi di dunia sepak bola. Bersama timnas Indonesia ia sudah melalui beberapa laga internasional.
Seperti dilansir BOLA edisi April 2008, pelatih yang akrab disapa Opa Endang itu sudah menggondol gelar Piala Raja (Bangkok/1968), Merdeka Games (Malaysia/1969), Aga Khan Cup (Banglades/1969), dan Anniversary Cup (Jakarta/1972).
Opa juga menjadi salah satu tokoh sepak bola yang sangat melegenda. Ia menerima penghargaan Lifetime Achievement dari Tabloid BOLA pada 2004.
Pengabdiannya juga berbuah dua penghargaan lain, yaitu Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai pelatih terlama (55 tahun) dan tertua (90 tahun), pada 21 Januari 2007.
Ajang Internasional
5. E.A. Mangindaan (1970-1971)
Erents Albert Mangindaan mulai naik ketika menjadi asisten Antun "Tony" Pogacnik. Ia menjadikan pemain-pemain PSM, seperti Ramang, Suwardi Arland, dan Nursalam, sebagai trio penyerang paling fenomenal waktu itu.
Di bawah arahannya Indonesia menempati peringkat ketiga di Saigon Cup 1970.
Ajang Internasional