Keberadaan pemain muda yang minim pengalaman, terutama di lini depan, dianggap memengaruhi mandeknya produktivitas gol.
Menurut analisis pelatih Persegres Gresik United, Hanafi, dari beberapa peluang yang berhasil diciptakan dalam pertandingan kontra Mitra Kukar, tak satu pun berhasil dikonversi menjadi gol. Persegres kalah 0-1.
“Saya masih maklumi karena barisan striker kami dihuni para pemain yang masih muda dan kurang berpengalaman sehingga belum bisa berbuat banyak dalam menghadapi situasi sulit di lapangan,” tutur Hanafi, Selasa (7/2/2017).
Akhirnya gol pembuka #PialaPresiden tercipta!@MitraKukar unggul 1-0 atas @PersegresFC dari gol Oh Inkyun
— Piala Presiden 2017 (@piala_presiden) February 4, 2017
Regulasi pemain U-23 tampil bukanlah kebijakan baru. Pada Piala Jenderal Sudirman pun, kebijakan penggunaan pemain U-21 sebagai starter sudah ada. Namun, saat itu, pemain muda "cukup" diberi kesempatan tampil 10 menit, bukan 45 menit.
Kebijakan penggunaan pemain muda ini mendapat kritik dari gelandang asing PSM, Willem Jan Pluim. Menurut pemain berpaspor Belanda itu, keberadaan pemain muda bagus buat tim. Namun, tidak bisa pula dipaksakan.
Dia berpendapat, proses promosi pemain muda ke tim senior semestinya terjadi secara alami ketika kualitasnya sudah mumpuni. Jika dipaksakan, bukan tak mungkin malah berdampak tak baik bagi sang pemain.
"Ketika masih berusia di bawah U-23, saya main di tim utama bukan karena peraturan tetapi karena layak. Saat layak, kamu main. Tetapi, kalau tidak layak, kamu tidak main," ujar dia.
"Saat kamu memaksakan pemain yang belum layak untuk main, itu akan menurunkan kualitas liga dan sepak bola Indonesia," tuturnya.
Editor | : | Jalu Wisnu Wirajati |
Sumber | : | kompas.com, JUARA |
Komentar